Thursday 19 December 2013

Polusi Lingkungan TPA Piyungan, Yogyakarta

Saat hujan pun para pengumpul barang bekas tetap mengais tumpukan sampah di salh satu area Tempat Pembuangan Akhir Piyungan, Bantul, Yogyakarta (17/11/2013) Berdasarkan penelitian yang dilakukan Universitas Nasional Laos di TPA Piyungan, saat ini kualitas air di sekitar TPA sangatlah buruk dan sudah terkontaminasi kandungan logam berat seperti Mn dan Fe.



Puluhan ekor sapi mencari makanan di Tempat Pembuangan Akhir Piyungan, Bantul, Yogyakarta (17/11/2013). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Universitas Nasional Laos di TPA Piyungan, saat ini kualitas air di sekitar TPA sangatlah buruk dan sudah terkontaminasi kandungan logam berat seperti Mn dan Fe.

Puluhan ekor sapi mencari makanan di Tempat Pembuangan Akhir Piyungan, Bantul, Yogyakarta (17/11/2013). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Universitas Nasional Laos di TPA Piyungan, saat ini kualitas air di sekitar TPA sangatlah buruk dan sudah terkontaminasi kandungan logam berat seperti Mn dan Fe.



Seekor sapi melewati genangan air di Tempat Pembuangan Akhir Piyungan, Bantul, Yogyakarta (17/11/2013). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Universitas Nasional Laos di TPA Piyungan, saat ini kualitas air di sekitar TPA sangatlah buruk dan sudah terkontaminasi kandungan logam berat seperti Mn dan Fe.

Seekor sapi melewati genangan air di Tempat Pembuangan Akhir Piyungan, Bantul, Yogyakarta (17/11/2013). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Universitas Nasional Laos di TPA Piyungan, saat ini kualitas air di sekitar TPA sangatlah buruk dan sudah terkontaminasi kandungan logam berat seperti Mn dan Fe.

 
Seorang warga menggembala beberapa sapi piaraannya di Tempat Pembuangan Akhir Piyungan, Bantul, Yogyakarta (17/11/2013). Selain sebagai tempat pembuangan sampah, TPA Piyungan juga dimanfaatkan warga untuk menggembala sapi mereka.


Tuesday 12 November 2013

Urip Sing Prasojo




Semakin majunya zaman maupun teknologi membuat manusia semakin menjadi makhluk konsumerisme, yaitu semakin banyak mengkonsumsi apapun demi memenuhi kebutuhan bahkan untuk kepuasan semata. Sifat ini jika tidak diatur maka manusia akan mengkonsumsi apapun tanpa pemikiran akan manfaatnya dan hanya menimbulkan masalah. Saat ini manusia haus akan informasi maupun teknologi. Sifat konsumerisme ini senantiasa akan membuat manusia akan haus untuk hal apapun.
Seharusnya kita sebagai manusia harus mampu mengontrol sifat konsumerisme ini, salah satunya belajar dengan pepatah Jawa yaitu “Urip Sing Prasojo”. Filosofi ini memiliki arti yang sederhana yaitu hiduplah dengan bersahaja, sederhana dan tidak boros. Jika diterapkan pada kehidupan sehari – hari semoga mampu mengurangi sifat konsumerisme manusia yang serakah tanpa ada kesadaran. Nah pada akhirnya manusia tetap bisa hidup dengan serba kecukupan tanpa pemborosan yang tidak disadari. Semoga pepatah Jawa ini tetap abadi  untuk dipahami sampai anak cucu kita.

Foto yang diambil di Jalan Kampung Alun – Alun Cokroyudan, Kotagede, Yogyakarta ini tentunya ditujukan oleh seniman jalanan pembuatnya untuk memberikan pelajaran kepada masyarakat agar bisa hidup dengan  “Urip Sing Prasojo”.

Tuesday 5 November 2013

Malam Satu Sura Tradisi Mubeng Beteng
















Pada malam satu Sura atau di Tahun Baru Islam di Kraton Ngayogyakarta sudah terbiasa mengadakan ritual tapa bisu mubeng beteng, yaitu ritual mengelilingi benteng di Kraton Ngayogyakarta tanpa berbicara sepatah kata pun. Ritual ini bukan hanya diprentukkan untuk para abdi dalem Keraton, namun laku tapa bisu ini juga dapat diikuti oleh warga sekitar, bahkan anda pun juga diperbolehkan untuk mengikutinya. Tradisi tapa bisu mubeng beteng ini dimaksudkan untuk membersihkan diri dan memohon perlindungan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Monday 4 November 2013

Tabrak Pembatas Jalan, Mobil Terbakar











Telah terjadi kecelakaan tunggal mobil Avanza dengan nomor polisi H 9062 EW yang menyebabkan mobil tersebut terbakar di selatan Terminal Giwangan depan POM Giwangan, DI. Yogyakarta (3/11/2013)
 Kejadian diperkirakan terjadi pukul 20.00 WIB. Kronologisnya mobil menabrak pembatas jalan dari arah barat ke timur dan tiba - tiba meledak. Tidak ada korban jiwa dalam kecelakaan ini. Rahmad Azhar

Wednesday 23 October 2013

‘Meriahnya’ Pernikahan Putri Keempat Sri Sultan HB X





Pernikahan putri keempat Sri Sultan Hamengkubuwono X, Gusti Kanjeng Ratu Hayu dengan Kanjeng Pangeran Haryo Notonegoro tahun ini sangatllah meriah. Pasalnya acara pernikahan ini merupakan acara perayaan pernikahan yang terakhir. Perayaan pernikahan ini dilangsungkan selama tiga hari mulai tanggal 21 – 23 Oktober 2013. Hari yang sangat ditunggu warga adalah saat pengantin diiringi kereta kencana yang berjumlah 12 dan akan ditarik 68 ekor kuda. Tentunya para pengantin, saudara dan Sultan pun akan menaiki kereta kencana tersebut. Selain itu terdapat 360 prajurit kraton yang akan mengawal sepanjang jalan menuju Kepatihan.

Hari ini Rabu, 23 Oktober 2013 demi kelancaran acara pernikahan GKR Hayu dan KPH Notonegoro sepanjang jalan Malioboro. Tak ada satu pun kendaraan diperbolehkan masuk kecuali ada keperluan khusus. Jalan ditutup namun warga sekitar justru tumpah – ruah memanfaatkan momen untuk menyaksikkan prosesi pernikahan yang meriah ini. Hal ini dapat dilihat foto warga yang memadati sepanjang Jalan Malioboro. Warga pun terlihat senang merasakan kemeriahan dalam pernikahan terakhir putri Sultan 
yang terakhir ini.
Selain Jalan Malioboro ditutup, hari ini disediakan angkringan gratis untuk rakyat yang ikut memeriahkan acara pernikahan. Kemeriahan pernikahan bukan ditujukan bahwa Kraton Ngayogyakarta memiliki menunjukkan kemegahannya, namun untuk mengajak para warga agar tetap mencintai budaya asli di tengahnya arus globalisasi. Selamat kepada kedua mempelai Gusti Kanjeng Ratu Hayu dengan Kanjeng Pangeran Haryo Notonegoro semoga diberikan kebahagiaan sepanjang hidup. (Rahmad Azhar)